Selasa, Desember 30, 2008

Muharam telah tiba


MUHARAM BULAN DUKA
Tahun 1430 Hijriah. seluruh umat islam menyambutnya dengan berbagai macam cara. Kebanyakan muslimmenyambutnya dengan kegembiraan dan perayaan. Ada yang menyulut kembang api , mengadakan pengajian, dan sebagian memperingatinya sebagai bulan penuh sejarah kemenangan yang menggembirakan tentang sejarah para nabi yang terbebas dari segala kesulitan.
Namun dibelahan bumi yang lain atau bahkan disekitar muslim yang merayakan tahun baru ini, ada yang memperingatinya sebagai bulan yang penuh duka dan tangisan. Mereka merintih dan berduka sekaligus mengumpulkan dan mengembalikan semangat jihad dan memupuk semangat patriotism serta keberanian untuk melawan seluruh bentuk kezaliman yang ada disekitar mereka.
Apa sebenarnya yang terjadi dalam bulan ini? Kita yang telah membaca sejarah akan dapat dengan mudah menjawab pertanyaan ini. Ya. Disinalah peristiwa agung telah digelar. Peristiwa dahsyat, kisah yang abadi. Inilah noda sejarah yang menyayat hati setiap manusia. betapa tidak, putra seorang pemimpin besar, putra nabi malah. Sangat tidak masuk akal jika orang-orang yang dahulu dididiknya kemudian membunuh dan menyiksa keturunanya. Sungguh tak beradab dan tak berperi membantai anak dari pemimpin yang sangat cinta pada mereka. Kasih sayamng nabi Muhammad saw dilimpahkan begitu luasnya namun balasan umatnya justru melakukan pembantaian terhadap keluarganya yang suci.
Adalah Imam Husein putra Ali bin Abi Thalib dan fathimah Zahra binti Muhammad saw, lakon dalam peristiwa maha dahsyat ini. Revolusi yang digulirkanya adalah bentuk penentangan terhadap penindasan dan kezaliman yang dilakukan oleh Yazid bin Muawiyah bin abu sufyan. Hanya dengan sekitar 72 pengikut beserta keluarga yang terdiri dari wanita dan anak-anak, Imam Husein ingin menunjukkan bahwa kebenaran harus ditegakkan dan pembelaan terhadap agama nabi Muhammad harus dilakukan dengan meju di medan laga.
Tiga puluh ribu pasukan Yazid telah mengepungnya di Karbala, Irak. Hanya satu perimintaan yazid dan pasukanya yaitu baiat dan kesetiaan Imam terhadap Yazid bin Muawiyah sebagai khalifah. Namun dengan tegas Imam Husein mengatakan bahwa orang-orang seperti Imam Husein tidak akan pernah mengucap janji setia dan tunduk oleh orang-orang seperti Yazid.
Keteguhan prinsip Imam Husein ini menuai konsekuensi terbantainya seluruh pengikutnya dan sebagian besar kelauarganya dan Imam Husein sendiri. Imam Husein dengan darah dan air mata ingin menunjukkan pada dunia bahwa dalam keadaan apapun, prinsip kebenaran akan selalu ada yang membelanya mati-matian sampai titik darah pengahabisan.
Imam Husein as telah syahid dengan disembelih dengan biadab didepan anak-anaknya, adik perempuanya dan seluruh keluarganya yang tersisa. Kesedihan yang mendalam, jeritan yang menyayat, hati yang penuh sesak menahan duka, air mata yang mengalir sampai mata terasa sembab. Kata yang tak sampai terucap karena kepedihan dan luka hati. Umat Muhammad membunuh anak Muhammad. Dimana nurani insan yang tak ikut merasakan duka ini.